Selasa, 15 Oktober 2013

KEGIATAN KU IDUL ADHA KEMARIN

INDAH PADA WAKTUNYA

dingin...... enggak kerasa udah jam 5 pagi..padahal masih ngantuk banget...soalnya kemarin malem aku begadang tagbiran di mesjid ku namanya masjid al mutaqkin...tapi aku tetep semangat kok untuk pagi hari ini...kalian tau enggak apa yang buat aku senang untuk pagi ini.soalnya ini adalah hari idul adha...bangun...bangun...pokoknya cepet bangun trus mandi..trus berangkat ke masjid untuk sholat idul adha...aku berangkat dari rumah jam 6 kurang kurang soalnya jam 6 sholat sudah di mulai..jam 7 kurang aku dah pulang dari masjid..aku langsung menuju ke rumah untuk mengawali kegiatan ku hari ini...
yang pertama nyapu...cuci bgaju,,,masak trus makan...kenyang.....rumah selesai dan rapi aku siap-siap untuk menuju ke masjid aku untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban..di tempat ku berkurban 2ekor kambing dari kas ibu-ibu pengajian di tempat ku...
kambing sudah di sembelih dagingnya mulai di bersihkan dan di timbang rata untuk di bagikan ke masyarakat desa ku...
setelah daging di bagikan aku pulang untuk memasak daging tadi...walaupun masakan ku kurang enak tapi aku merasa senang karena hari-hari ku penuh keindahan dan ke tentraman di hari yang penuh barokah ini..aku menyadari bahwa hari-hari kemarin ku tag pernah ku hiraukan tentang arti pengorbanan...sekarang aku merasakan apa arti pengorbanan itu yang sesungguhnya..... inilah cerita yang dapat aku sampaikan ,,..in cerita ku dalam menghadapi hari idul adha yang dengan penuh pengorbanan

Read More ->>

Selasa, 08 Oktober 2013

BATUan


BATU KARST
Desertifikasi batuan karst (karst rock desertification) merupakan suatu proses yang mengubah bentang lahan karst bertutupan vegetasi dan tanah menjadi bentang lahan berbatuan tanpa vegetasi dan tanah sama sekali (Daoxian dan Guilin, 1997). Desertifikasi batuan karst ini adalah satu bentuk degradasi lingkungan yang terutama terjadi pada lahan karst. Proses desertifikasi batuan diakibatkan oleh pemanfaatan lahan karst yang berlebihan dan adanya erosi kuat yang mengikis tanah penutup batuan karst sehingga batuan dasarnya tersingkap ke permukaan secara luas (Shijie dkk, 2002; Huang dan Cai, 2007; Xiuqin, 2011).
Desertifikasi batuan merupakan suatu proses hasil interaksi antara kondisi geologi, geomorfologi, curah hujan, temperatur, vegetasi penutup, tanah dan aktifitas manusia (Yansui dkk, 2009; Ji dan Xie, 2011). Karakteristik batuan karbonat pada kawasan karst mendasari terjadinya proses desertifikasi batuan karst (Sunkar, 2008). Batuan karbonat yang mudah terlarutkan oleh air hujan membentuk morfologi eksokarst maupun endokarst berupa celah, rekah, dan lorong. Lapisan tanah pada kawasan karst yang tipis dapat tererosi bersamaan dengan aliran air hujan yang masuk ke dalam celah, rekah dan lorong tersebut.
Curah hujan memberikan pengaruh langsung terhadap kejadian erosi pada tanah penutup lahan karst. Xiong dkk (2009) menjelaskan adanya korelasi positif antara peningkatan curah hujan dan temperatur dengan desertifikasi batuan. Erosi tanah akan meningkat pada curah hujan dengan intensitas yang semakin tinggi. Kemampuan air hujan mengerosi tanah ini semakin kuat dengan semakin jarangnya vegetasi penutup tanah tersebut.
Temperatur memberikan pengaruh terhadap kelembaban tanah, dimana kelembaban tanah akan berkurang dengan semakin tingginya temperatur. Kenaikan temperatur juga akan meningkatkan evapotanspirasi pada vegetasi penutup lahan karst. Penurunan kelembaban tanah dan peningkatan evapotranspirasi akan mengarah pada kekeringan lahan karst. Peningkatan kekeringan hingga ambang batas tertentu dapat mengakibatkan kematian vegetasi penutup yang ada pada lahan karst.
Temperatur bersama-sama dengan hujan memberikan pengaruh terhadap kecepatan pelarutan batuan karbonat (Ford dan Williams, 2007; Xiong, 2009). Pada temperatur rendah, variasi curah hujan tidak banyak memberikan efek pada variasi tingkat pelarutan karst. Tingkat pelarutan batuan karbonat oleh curah hujan meningkat pada temperatur 16 hingga 20oC. Intensitas pelarutan pada batuan karst ini akan memperlebar celah dan rekah yang memungkinkan pengangkutan massa tanah yang semakin cepat.
Faktor manusia yang memberikan pengaruh pada terjadinya desertifikasi batuan lahan karst ini adalah tekanan pertumbuhan jumlah penduduk dan berbagai aktifitas eksploitasi terhadap lahan karst yang melebihi kemampuan dan daya dukung karst tersebut (Sijhie dkk, 2002; Ford dan Williams, 2007; Huang dkk, 2012). Yang dkk (2009) melaporkan bahwa faktor antropogenik seperti aktivitas manusia dan penggunaan lahan menjadi faktor pemicu yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lain dalam proses desertifikasi batuan karst.
Aktifitas manusia seperti penambangan, penebangan hutan, dan pertanian pada lahan karst dapat percepatan proses desertifikasi lahan karst. Penambangan di wilayah karst ini biasanya mengambil batu gamping hingga mencapai lapisan zona vadose. Penggalian batu gamping seperti pada bukit-bukit karst akan menghilangkan zona epikart yang sangat penting sebagai lapisan penangkap air. Hilangnya zona epikart ini tentu saja akan mematikan imbuhan air ke dalam lorong-lorong konduit atau sungai-sungai bawah tanah. Air tidak dapat terresapkan ke dalam jaringan sungai bawah tanah tersebut. Air akan melimpas di permukaan dan dapat membentuk air larian dengan volume yang besar dan banjir. Akibatnya tentu adalah matinya sungai-sungai bawah tanah, matinya mata air di kawasan karst, peningkatan erosi pada tanah penutup, serta potensi bencana banjir pada saat hujan. Penelitian yang dilakukan oleh Risyanto dkk (2001) menyebutkan dampak negatif terhadap lingkungan akibat penambangan dolomit meliputi perubahan relief, ketidakstabilan lereng, kerusakan tanah, terjadinya perubahan tata air permukaan dan bawah permukaan, hilangnya vegetasi penutup, perubahan flora dan fauna, meningkatnya kadar debu dan kebisingan.
Penebangan hutan (deforestasi) pada wilayah karst telah terbukti menjadi penyebab awal terjadinya desertifikasi batuan seperti dilaporkan oleh Sunkar (2008) di karst Gunungsewu, Yansui dkk (2008) di wilayah otonomi Guangxi Zhuang, Xiong dkk (2009) di wilayah Yongshun County dan Li dkk (2009) di area karst Zhudong. Penebangan hutan ataupun pengubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan lain-lain, mengubah kerapatan tutupan vegetasi pada lahan karst. Air hujan akan dengan mudah mencapai permukaan tanah karena hilangnya vegetasi penutup. Ketika vegetasi penutup tanah pada lahan karst telah hilang, maka proses kehilangan tanah akan tidak terhindarkan (White, 1988). Peran penting vegetasi penutup pada lahan karst seperti disebutkan oleh Xiong dkk (2009) yaitu: 1. sebagai penangkap air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah, 2. mencegah butiran air hujan langsung mengenai permukaan tanah sehingga mengurangi erosi percik (splash erosion) yang ditimbulkan oleh air hujan tersebut. Tingginya kemampuan sistem pengatus pada karst meloloskan butiran tanah ketika terjadi aliran air melalui celah dan rekah yang ada serta kondisi solum tanah yang tipis mengakibatkan erosi kuat pada lapisan tanah penutup batuan karst saat terjadi hujan (White, 1988; Ford dan Williams, 2007).
Pertanian yang dilaksanakan masyarakat pada lahan karst biasanya dilakukan pada lembah-lembah karst atau pada lereng-lereng bukit karst dengan membuat teras. Proses penggemburan tanah selama masa pertanaman akan meningkatkan kemampuan pengangkutan butir tanah oleh air hujan melalui berbagai rekah dan celah yang ada (Yang dkk, 2011). Massa tanah akan tererosi  masuk ke dalam akuifer karst melalui imbuhan-imbuhan autogenik, pori makro batuan karst dan jalur-jalur masuk pada doline (Coxon, 2011). Akibat erosi tersebut ketebalan solum pada permukaan karst terus menipis.
Proses desertifikasi batuan pada lahan karst akan memberikan dampak hilangnya vegetasi dan tanah penutup, serta tersingkapnya batuan dasar ke permukaan. Pada kondisi tersebut, produktifitas lahan akan menurun bahkan hilang sama sekali (Zhang dkk, 2011). Dampak selanjutnya adalah terjadinya penurunan taraf hidup masyarakat wilayah karst tersebut. Desertifikasi batuan pada lahan karst juga memberikan pengaruh terhadap kondisi dan kualitas air bawah tanah. Deng dan Jiang (2011) melaporkan bahwa dampak desertifikasi batuan mengakibatkan aliran yang kecil dan tidak tetap pada mata air epikarst, sensitivitas yang tinggi terhadap curah hujan pada mata air epikarst, serta kondisi air menjadi kotor.

Read More ->>

LAUTAN


PERLAUTAN
Laut adalah bagian permukaan bumi yang cekung dan tertutup oleh air yang mempunyai kadar garam tinggi.
1.      Klasifikasi Perairan Laut
a.       Berdasarkan luas dan bentuknya
-          Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat
-          Selat adalah laut yang relative sempit dan terletak antara dua pulau
-          Laut adalah perairan yang terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas dibandingkan dengan selat
-          Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua
b.      Berdasarkan proses terjadinya
-          Laut trangresi laut yang terjadi karena ada genangan air laut terhadap daratan pada waktu berakhirnya zaman es
-          Laut Regresi laut yang menyempit yang terjadi pada zaman es karena penurunan permukaan air laut sebagai akibat adanya
penurunan
-          Laut Ingresi laut yang terjadi karena dasar laut mengalami gerakan menurun
c.       Menurut kedalamannya
1.        Zona Littoral
Atau zona pesisir laut terletak diantara garis pasang dan garis surut. Kedalamannya 0 meter.
2.       Zona Neritik  ( laut dangkal )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman 0 m – 200 m. cirri-ciri zona neritik :
-          Sinar matahari masih menembus dasar laut
-          Kedalamannya 200 m
-          Bagian banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
3.        Zona Batial   ( laut dalam )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman 200 m – 1.000 m. Zona ini merupakan batas antara daratan dan perairan.
Ciri-ciri zona batial :
-          Sinar matahari tidak ada lagi
-          Kedalaman antara 200 m – 1.000 m
-          Tumbuh-tumbuhan jumlahnya terbatas
4.       Zona Abisal   ( laut sangat dalam / palung laut )
Adalah laut yang terletak pada kedalaman lebih dari 1.000 m sampai 6.000 m. Ciri – cirri zona abisal :
-          Sinar  matahari tidak ada lagi
-          Kedlaman antara 1.000 m – 6.000 m
-          Suhu sangat rendah sudah mencapai titik beku air
-          Tumbuh-tumbuhan tidak ada lagi dan jumlah binatang menjadi terbatas
Klasifikasi perairan laut menurut kedalamannya
Klasifikasi perairan laut menurut kedalamannya
2.      Gerakan Air Laut
a.       Pasang surut air laut
Permukaan laut dalam satu hari mengalami perubahan yang disebut pasang surut. Faktor utama yang mempengaruhi pasang surut adalah posisi bulan dan posisi matahari. Pada saat posisi bulan dan matahari sejajar maka tinggi pasang akan mencapai maksimum
b.      Gelombang
Adalah gerakan air laut naik turun atau secara vertical. Gelombang mempunyai dimensi, seperti panjang, tinggi, kecepatan, periode, frekuensi dan arah datangnya gelombang. Gelombang laut terjadi karena beberapa factor seperti :
1.      Gerakan lempeng tektonik
Gerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik. Akibat dari gempa tersebut dapat menyebabkan gelombang tsunami.  Berikut merupakan video ilustrasi terjadinya gelombang tsunami
2.      Aktivitas vulkanik
Gunung meletus dapat menyebabkan terjadinya gelombang besar.
3.      Aktivitas angin
Tiupan angin bisa menyebabkan terjadinya gelombang air laut
c.    Arus laut
Pergerakan massa air laut secara teratur dari suatu tempat ke tempat lain disebut arus laut. Arus laut terjadi karena beberapa
faktor yaitu :
1.      Tiupan angin
2.      Perbedaan kadar garam
3.      Perbedaan suhu.
3.   Manfaat Perairan Laut
1.  Sumber mata pencaharian penduduk
2.  Sarana transportasi laut
3.  Pembangkit tenaga listrik
4.  Tempat wisata bahari
5.  Pengatur iklim
6.  Tempat pertahanan dan keamanan
7.  Sumber bahan tambang
Read More ->>

AWAN


JENIS-JENIS AWAN
Awan rendah
Ini ditemukan dari dekat permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) dan termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak dengan tanah, mereka disebut kabut , meskipun tidak semua bentuk kabut dari Stratus
Awan rendah tengah
Awan ini dapat didasarkan manapun dari permukaan dekat sekitar 10.000 kaki (3.000 m). Cumulus biasanya bentuk pada rentang ketinggian rendah tapi dasar akan naik ke bagian bawah kisaran menengah saat kondisi kelembaban relatif sangat rendah. Nimbostratus biasanya bentuk dari altostratus di tengah rentang ketinggian tapi dasar mungkin mereda ke kisaran rendah selama precipitaion. Kedua jenis awan dapat mencapai ketebalan yang signifikan dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai awan vertikal (Keluarga D), terutama di Eropa. Namun, cumulus biasa, menurut definisi, tidak sesuai dengan tingkat vertikal yang menjulang cumulus (kumulus congestus) atau paling cumulonimbus . Nimbostratus Sangat tebal dapat perkiraan cumulus menjulang, tetapi jatuh juga pendek tingkat vertikal awan cumulonimbus berkembang dengan baik
Jenis jenis awan
-Awan Commulus, yaitu awan yang bergumpal dan bentuk dasarnya horizontal
-Awan Stratus, yaitu awan tipis yang tersebar luas dan menutupi langit secara merata
-Awan Cirrus, yaitu awan yang berdiri sendiri, halus dan berserat, sering terdapat kristal es tetapi tak menimbulkan hujan
Awan-awan itu memiliki berbagai macam bentuk khas dan sifatnya sendiri-sendiri. Dalam golongan awan rendah ada yang bernama Comulonimbus yang diberi kode Internasional penerbangan Cb. Sifatnya adalah berada di ketinggian rendah, gumpalan sangat besar, dan umumnya berwarna gelap. Cb sangat berbahaya karena mengandung arus listrik dan disertai golakan udara yang dahsyat. Para pilot sangat menghindari karena fatal akibatnya bila pesawat terbang masuk ke dalam awan Cb. Selain itu dalam golongan awan rendah ada yang bernama Cumulus (Cu), Stratus (St), dan Stratocumulus (Sc). Cu umumnya terlihat sebagai tumpukan kapuk di angkasa. Jumlahnya tidak tetap, kadang tebal, tapi lebih sering kecil dan tipis. Sedang St letaknya lebih tinggi dari Cu warnanya agak kecoklatan dan cenderung tipis. Sc yang paling tinggi berbentuk ombak dan kadang dalam bentuk kecil-kecil. Ada tiga jenis yang termasuk awan medium yaitu Nimbostratus (Ns), Altostratus (As), dan Altocumulus (Ac). Ns adalah awan tebal dengan warna gelap dan seringkali mengandung air hujan atau salju. Diatasnya adalah awan As yang berbentuk tidak stabil, kadang tebal gelap, kadang tipis cerah. Sementara Ac berwarna kecoklatan dan cenderung tipis karena kecendrungan awan, makin tinggi maka makin tipis.Tiga jenis awan tinggi, yaitu Cirrostratus(Cs), Cirrocumulus (Cc), dan awan paling tinggi dari semua awan yaitu awan Cirrus (Cs). Berbentuk tipis, putih, dan mengandung partikel es. Partikel inilah yang menyebabkan efek optik bila terkena sinar matahari.
Bentuk-bentuk Awan
Bentuk awan bermacam macam tergantung dari keadaan cuaca dan ketinggiannya. Tapi bentuk utamanya ada tiga jenis yaitu, yang berlapis-lapis dalam bahasa latin disebut stratus, yang bentuknya berserat-serat disebut cirrus, dan yang bergumpal-gumpal disebut cumulus (ejaan Indonesia: stratus, sirus, dan kumulus). Di daerah rendah (kurang dari 3.000 m) yang terendah, awan stratus menutupi puncak gunung yang tidak terlalu tinggi. Di daerah rendah tengah, awan berbentuk strato-kumulus, dan yang dekat ketinggian 3.000 m awan berbentuk kumulus. Awan besar dan tebal di daerah rendah disebut kumulo-nimbus berpotensi menjadi hujan, menyebabkan terjadinya guruh dan petir.
Awan pada ketinggian menengah dapat terbentuk di atas gunung yang tingginya lebih dari 3.000 m, membentuk payung di atas puncaknya. Misalnya di atas Gunung Ciremai (3.078 m), di puncak-puncak pegununganJaya Wijaya di Irian yang tingginya antara 4.000-5.000 m, bahkan selalu diliputi salju. Demikian juga Gunung Fuji (3.776 m) puncaknya selalu diliputi salju putih cemerlang sangat indah. Pada ketinggian menengah ini dapat terbentuk awan alto-stratus yang berderet-deret, alto kumulus, dan alto-sirus.
Bagaimana dengan awan di daerah tinggi (di atas 6.000 m)? Di sana terbentuk awan siro-stratus yang tampak sebagai teja di sekitar matahari atau bulan. Juga terbentuk awan siro-kumulus yang bentuknya berkeping keping terhampar luas. Juga dapat terbentuk awan sirus yang tipis bertebar seperti asap.
1. Awan Cirrue adalah awan putih terpisah-pisah seperti benanghalus atau pecah-pecah atau jalur-jalur sempit atau matapancing atau bulu ayam atau serabut yang berwarna putihkeperak-perakan.
2. Awan Cirro Cumulus adalah awan tipis putih terpisah-pisahseperti biji-bijian, sisik ikan, bulu domba yang tipis yangberwarna putih bersih.
3. Awan Cirro Stratus adalah awan yang transparan denganpuncak seperti serabut halus menutupi sebagian atauseluruhnya dari langit dengan warna keputih-putihan. Awan iniumumnya menimbulkan phenomena lingkaran putihdisekeliling bulan atau matahari.
4. Awan Alto Cumulus adalah awan yang seperti bulu dombaatau sisik ikan tetapi agak melebar 10 s/d 50 dengan warnaputih bersi, atau abu-abu atau campuran dari dua-duanya.
5. Awan Alto Stratus adalah awan yang seperti lembaranlembaranatau lapisan-lapisan jalur yang berwarna abu-abuatau kebiru-biruan. Jenis awan ini sering menimbulkan hujanmerata.
6. Awan Nimbo Stratus adalah awan yang seperti lembaranlembaranatau lapisan-lapisan yang tebal, dengan warna abuabudan gelap. Jenis awan ini sering menimbulkan hujan lebat,matahari akan tertutup oleh jenis awan ini.
7. Awan Stratus adalah awan yang berlapis-lapis tipis denganwarna abu-abu dengan dasar hampir serba sama, dapatmenimbulkan hujan es.
8. Awan Strato Cumulus adalah awan yang berlapis-lapisaktebal agak gelap, berwarna abu-abu atau putih atau campurandari kedua-duanya, mempunyai lebar lebih dari 50.
9. Awan Cumulus adalah awan yang terpisah-pisah umumnyapadat dengan batas yang jelas, berbentuk seperti bukit-bukit ,menari-menari dan bagian atasnya berbentuk seperti bungakool.
10. Awan Cumulus Nimbus adalah awan yang besar, padat danmeluas puncaknya menyerupai gunung atau menara yangbesar atau seperti cengger ayam dengan warna gelap.
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.